Awas Anak Kita Bisa Menjadi Bodoh Karena Cacingan, Bahkan Kematian!


imageUkurannya halus, namun mereka mampu menyabet masa depan anak-anak. Disebabkan oleh cacingan, otak serta otot anak-anak tiada tumbuh sempurna sehingga mereka sedikit gizi serta bodoh. Cegah beserta gaya hidup sehat.
Menempuh bermacam metode, telur cacing dapat masuk serta tinggal di antara tubuh manusia. Ia mampu masuk melalui makanan atau minuman yang dimasak memakai air yang kotor. Bila air yang sudah kotor tersebut digunakan buat menyirami tanaman, telur-telur tersebut naik ke darat. Serta air menjadi kering, mereka melekat pada butiran debu. Karena sangat halusnya, telur-telur tersebut tiada mau pecah walaupun sudah digilas ban kendaraan bermotor.
Telur yang menempel pada debu tersebut mampu melekati pada makanan serta minuman yang dijual di pinggir jalan atau terbang ke lokasi-lokasi yang selalu dipegang manusia. Mereka juga mampu beralih dimulai satu tangan ke tangan lain.
Sesudah masuk ke di antara usus manusia, cacing hendak bertambah kembang, membentuk koloni serta meresap habis sari-sari makanan. "Cacing mencuri zat gizi, tergolong protein buat memperbaiki otak," ujar dr Handrawan Nadesul, pengamat persoalan kesehatan, yang ditemui di Jakarta beberapa waktu silam.
Tiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat serta 0,035 proteinsetiap hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah setiap hari serta cacing tambang minum 0,2 milimeter darah setiap hari. "Bila jumlahnya ratusan, berapa banyak hilangnya sesuatu zat gizi serta darah yang perlu dipikul?" kata dokter yang mengasuh rubrik kesehatan di bermacam media ini.
Semestinya bayangan, seekor cacing gelang betina dewasa mampu menghasilkan 200.000 telur per hari. Apabila di di antara perut terdapat tiga ekor pun, dalam sehari mereka mampu menghasilkan 600.000 telur!
Baik berkurangnya zat gizi maupun darah, keduanya mengakibatkan pada tingkat kepintaran, selain berakibat anaemia. "Anaemia nanti menurunkan prestasi belajar serta produktivitas. Berdasarkan penelitian, anak-anak yang hilangnya sesuatu protein akibat cacing tingkat kecerdasannya dapat melemah sampai 2 digit," tambahnya Handrawan.
Tak kurang mengkhawatirkan, anaemia kronis dapat merenggut daya tahan badan anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) sehingga cacingan dapat membawa penyakit selain yang nanti mengganggu tumbuh kembangnya. Bisa menjadi nyawa taruhannya.
Kenali gejalanya
Diduga, 60 persen orang Indonesia mengidap cacingan, terbanyak pada usia 5-14 tahun. Kecacingan beredar luas, baik di pedesaan maupun perkotaan. Lantaran itu, cacingan masih jadi persoalan kesehatan mendasar di negeri ini.
Berhati-hati anak-anak Anda cacingan bila ia kerap lesu, tak bersemangat, gemar mengantuk, tubuh kurus meskipun porsi makan banyak sekali, dan gembira menggaruk-garuk anusnya ketika tidur lantaran dapat menjadi itu gelagat cacing kremi sedang bertindak. Perlu menentukan, tinja sebaiknya diperiksa beserta mikroskop.
Berdasarkan Handrawan, kunci proses mencegah penyakit cacingan yaitu membangun gaya hidup bersih serta sanitasi lingkungan. Seumpamanya, menjadikan terbiasa cuci tangan sesudah mengenai sesuatu yang tercemar sebelum masak atau makan beserta air bersih memakai sabun. Terang saja bersama mengenakan cuci tangan yang sungguh-sungguh bersih, dimulai mengenai jari-jari hingga kuku-kuku jari.
Lantaran cacing mampu mengenai melalui makanan, senantiasa cuci bahan makanan yang hendak dimasak di bawah air mengalir. Hindari juga memakai air yang telah kotor. Secara demikian, rantai penularan cacing dapat diputus.
"Ongkos ekonomi yang ditimbulkan hasil penyakit cacing sampai Rp 33 miliar per tahun. Cuci tangan sebenarnya cost-effective untuk negara," ucap Handrawan.  Dana yang dihemat tersebut dapat digunakan bagi membangun prasarana saluran air bersih serta sanitasi.
Yang telah telanjur cacingan mesti perlu diobati beserta obat cacing. Tetapi, walaupun seluruh anak-anak telah meminum obat cacing, tak berarti persoalan cacingan nanti selesai sesaat itu juga. Proses memberantas cacingan yaitu pekerjaan panjang yang memakan masa bertahun-tahun. Itu mengapa mencegah lebih baik ketimbang mengobati. suaranews